![]() |
Emma Siti Huzaemah,SH.MH ( tengah ) saat menjadi penguji di Mahasiswa fakultas hukum Universitas Pasundan
Bandung dalam acara peradilan semu / moot court
CIANJUR-Setiap
Tanggal 21 April di peringati sebagai Hari Kartini,lengkapnya Raden Ajeng Kartini
dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi, RA Kartini merupakan
pahlawan dengan dedikasi yang tinggi untuk perempuan Indonesia.
Untuk
lebih mengingat dan menambah semangat emansipasi wanita Indonesia di jaman milenial
ini,ada sosok Inspiratif kartini yang mengabdi di lembaga negara dan abdi
masyarakat di Kabupaten Cianjur.
Adalah Ema Siti
Huzaemah, SH.MH.dengan sapaan akrabnya Ema, Wanita kelahiran asli Cianjur ini,
selalu bersikap ramah, murah senyum, supel, tegas, merupakan salah satu tenaga pengajar
Fakultas Hukum di Universitas Terbuka Cianjur.
Tuntutan untuk
membantu generasi berprestasi menjadi latar belakang ia menyempatkan diri
setiap Sabtu mendatangi SDN Jambudipa Warungkondang Cianjur, tempat dimana para
mahasiswanya belajar hukum.
Ibu lulusan S2 Unpad
Bandung ini aktif menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Terbuka yang 26
mahasiswanya merupakan mahasiswa beasiswa bidikmisi yang berprestasi di SMA
tapi tak mampu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Seiring waktu
berjalan, Ia pernah akan menyerah karena sempat kelelahan membagi waktu antara
mengurus keluarga dengan 4 orang anak yang masih kecil kecil, pekerjaan, dan
sekarang harus menjadi dosen.
Namun karena semangat
mahasiswanya alhasil ia kembali tekun mengajar. “Setelah dijalani bukan
hanya sekadar kepentingan dosen dengan mahasiswa, tapi ada tanggungjawab
emosional antara saya dengan para mahasiswa dimana saya harus membantu mereka
untuk maju,” kata Ema di lansir wartapakwan usai mengajar dikampus UT di SDN
Jambudipa, Warungkondang, Cianjur, Jabar, Sabtu (20/4/2019).
![]() |
Ema Siti Huzaemah,SH.MH |
Ema mengatakan,
praktik yang dilakukannya sehari-hari saat ini ingin ditularkan ilmunya kepada
para mahasiswanya. Pola teori yang sedikit dengan lebih banyak praktik menjadi
cara agar mahasiswanya lebih cepat mengerti dengan mata kuliah yang ia berikan.
Untuk lebih menambah jam kuliah puluhan mahasiswanya juga belajar di rumah
saya, hal itu untuk menghindari kebosanan bagi mahasiswa,” kata Ema yang menjabat
sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan ( Kasi BB )
pada Kejaksaan Negeri ( Kejari ) Cianjur,Jawa Barat.
Ia berharap dengan
metodelogi perkuliahan yang ia berikan berhasil membuat rangsangan agar
mahasiswanya ada yang berhasil mendapat beasiswa bidikmisi juga untuk S2 nanti.
“Membantu mereka yang ingin maju, saya bersemangat karena mahasiswa saya
semuanya adalah mereka yang berlatar belakang pintar di sekolah tapi tak mampu
melanjutkan,” kata Ema.
Menurutnya apa yang
sudah dilakukannya selama dua tahun menjadi pengalaman baru. “Ilmu yang saya
dapat bisa diberikan kepada generasi berikutnya,” katanya. Ia bersyukur ada
mahasiswa yang bercita-cita menjadi jaksa dan hakim karena tertarik dengan mata
kuliah hukum yang diberikan. “Saya mengajar untuk belajar,” kata Ema .
Universitas Terbuka
Kelompok Belajar Warungkondang saat ini menginduk ke UT Bogor. Ada beberapa
jurusan di UT Pokjar Warungkondang yakni manajemen, hukum, ilmu pemerintahan,
dan ekonomi pembangunan, totalnya ada 91 mahasiswa.
Kebanyakan
mahasiswanya saat ini sudah bekerja di pabrik. Dari alasan mereka berkuliah
karena ingin mengubah nasib, tak lagi bekerja dengan posisi rendahan di
perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh seorang mahasiswa UT Pokjar
Warungkondang, Mia Wahyuni (21), mengatakan bahwa teknik mengajar yang
diberikan membuat ia lebih mengerti karena teori dengan praktik lebih banyak
praktik.
“Beliau itu panutan
bagi saya, saya jadi mengerti tentang hukum,” kata Mia.
Mia mengatakan, karena
kebersamaan sosok dosen Ema sudah seperti orangtua sendiri. Pasalnya perjalanan
perkuliahan tidak selalu baik, kadang ada turun dan tidak semangatnya.
“Tapi beliau suka mendorong semangat saya sehingga kami kembali melihat masa
depan,” katanya.
Ia mengatakan, sosok
dosennya adalah sosok ibu yang pintar membagi waktu antara mengurus keluarga,
pekerjaan, dan mengajar sebagai dosen. “Saya sering main ke rumahnya dan
melihat bagaimana ibu Ema mengurus keluarganya,” kata Mia.
Hal senada dikatakan
oleh Muhamad Fauzi Nakori (21), ia langsung bercita-cita menjadi jaksa setelah
melihat sosok ibu dosennya. “Cara belajar terasa manfaatnya saat menghadapi
ujian,” kata Fauzi.
Rekan dosen di UT,
Dadang Umar Sofwan (45), mengatakan kebersamaan mengajar di UT hampir tak ada
dukanya. “Dukanya tak ada hanya ada suka, kami direkrut bareng, ia sosok
seorang pejabatnya yang hampir tak terlihat seperti pejabat,” katanya.
Sementara itu, Lebih
kurang empat belas tahun menjadi Srikandi Adhyaksa, tak membuat Dirinya
menghentikan segala kegiatannya di luar pekerjaan wajibnya.
Ema yang saat ini
menjabat Kepala Seksi (kasi) Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Sitaan di
Kejaksaan Negeri Cianjur, mengatakan, bahwa pihaknya telah melaunching program
pelayanan gratis barang bukti melalui online di Kejaksaan Negeri Cianjur,
sistem mekanisme dan prosedur pelayanan bisa dilakukan dengan cara pemilik
menghubungi Kasubsi barang bukti sebagai petugas layanan.
“Pelayanan ini gratis,
warga yang memiliki sangkut paut dengan barang bukti silakan melalui media tadi
bisa online mengajukan pengambilan, ketika sudah inkrah maka bisa diambil,
katagorinya semua barbuk kasus pidum maupun pidsus,” ujarnya.
Ibu yang pernah
menjadi penguji mahasiswa hukum Unpas Bandung dalam praktik beracara, Ia juga
berpendapat bahwa segala sesuatu harus dijalani dengan ikhlas dan tak
dikeluhkan karena hanya akan membuat prestasi menurun. Hal tersebut terbukti
dengan inovasi di kejaksaan yang telah ia buat. ( Muzer ).
Tags
Kejari